The Creation Of Adam (1511) By Buonarroti Michelangelo

The Creation Of Adam (1511) By Buonarroti Michelangelo
Manusia selalu mencari jawaban atas pertanyaan yang tak pernah selesai : Kenapa Tuhan menciptakan manusia ?

Jumat, 13 September 2013

Hari - Hari Yang Kelam

Hari – hari bahagia itu sudah berlalu
Dihempas  angin yang membawanya tersangkut pada ranting pohon yang kering
Tersapu ombak yang menghanyutkannya ke tengah samudera
Kemudian tenggelam pada dasar karang yang tajam dan tercabik oleh hiu yang ganas
Seperti pelautyang mengembara sendiri
Di tengah lautan pada malam hari
Bersama bintang yang tak menunjukkan arah pulang
Dan terdampar pada pulau yang tak berpenghuni

Kutanam bibit yang tumbuh adalah bunga kaktus
Awan hitam terus menggelayut menatap dengan ketus
Burung gagak terbang berputar seakan mencibir & menyindir
Kepada tubuh yang ringsek oleh kesedihan

Tawa geli yang lucu dan ceria
Pipi manis merah merona
Alis tebal bersama mata yang indah
Bibir gadis yang melengkungkan senyum
Dengan lekukan cekung di ujung yang menggoda

Malam mendekap cahaya
Dingin Meresapi kulit
Kopi hitam panas berasap

Apalah arti kata
Isyarat bisu tuna asmara
Bersama jutaan sayap malaikat
Membukakan pintu surga
Apalah arti agama
Kumpulan norma yang mengajarkan cinta sesama
Memandang manusia apa adanya
Hasrat menggebu di dalam dada
Mencium kasturi dari nafas yang tersengal
Rimba rasa yang terus bertumbuh liar
Mengalir menuju samudera jiwa…

 -Taufiq Daulay-


Untuk Taufiq Daulay.

Hari-hari itu memang telah lalu, yang kini tersangkut pada ranting yang kering.
Saya tahu, hari-hari itu menyimpan harta yang sangat berharga bagimu, yang kini tenggelam pada dasar karang yang tajam, serta menjadi saksi percumbuan sepasang hiu yang mesra.

Kamu, yang namanya disebut pada baris paling atas, lekaslah bangkit !
Jika saya ibaratkan Kamu sebagai pelaut, jadilah pelaut yang kokoh, yang mampu menguasai
tiap jengkal debur ombak.
Jadilah pelaut yang tak perlu bintang untuk mencari arah pulang, pelaut yang tak surut meski
awan hitam terus menggelayut.

Dan seletih apa pun tubuhmu, jangan biarkan ia ringsek.
Burung-burung gagak itu tak pantas beterbangan di atas kepalamu.

Tawa geli, Alis tebal, dan bibir manis yang diapit lesung yang mencekung memang tak mungkin lekas begitu saja.
Saya mengerti bahwa detak jantungnya masih jelas terekam di balik dada.
Saya juga tahu bahwa kebahagiaan yang tetiba terenggut itu menimbulkan sesak yg begitu dalam.
Tapi untuk Kamu yang namanya disebut pada baris paling atas, mulailah untuk tersenyum kembali.
Sulit memang, tapi cobalah.

Nona-nona berikut akan segera menghampiri.
Bersiap dan sambutlah mereka.
Atau mungkin, si Nona itu yang kembali pada dekapanmu,  mengantar senyum yang paling manis tentunya.

13/9/'13
dari Nugroho Sejati, untuk Sahabatnya.