Sebuah mitologi Yunani menceritakan kisah menarik yang selalu diingat oleh umat manusia sepanjang sejarah mengenai sebuah ambisi untuk terbang. Kisah itu lebih banyak dikenal dengan kisah Icarus. Konon, seorang Raja Minos dari Kreta (Crete) memerintahkan Daedalus, ayah Icarus untuk membangun sebuah labirin di Knossos, dekat istana. Labirin itu hendak digunakan untuk memenjarakan Minotaur, makhluk setengah banteng setengah manusia. Minotaur itu sendiri merupakan hasil perselingkuhan istri sang raja dengan seekor banteng. Namun akhirnya labirin itu justru digunakan untuk memenjarakan Daedalus dan anaknya. Karena Daedalus diduga telah mengkhianati sang raja.
Hari - harinya di penjara diisi Daedalus dengan kegiatan menoleksi bulu - bulu burung yang bertebrangan. Hingga akhirnya terkumpullah sejumlah bulu yang cukup untuk membuat sepasang sayap. Sepasang sayang tersebut direkat dengan lilin dan diberikan kepada anaknya, Icarus. Sebelum Icarus pergi dengan sayap tersebut, ayahnya berpesan agar ia tidak terbang terlalu tinggi. Jangan sampai terlalu dekat dengan mathari atau sebaliknya terlalu rendah hingga mendekakati laut.
Icarus yang terbuai dengan sepasang sayap tersebut terus terbang tinggi dan semakin tinggi. Ia merasa pusing dan tidak dapat mengendalikan ambisinya untuk terbang lebih jauh dan lebih tinggi. Hingga akhirnya ia tersadar bahwa dirinya sudah terlalu dekat dengan matahari. Sayap - sayap itupun terbakar. Icarus terjun bebas dari langit dan terjatuh di lautan. Laut itu kini diberi nama laut Icaria, di sebelah barat Pulau Samos.
Sepanjang sejarah hidupnya, umat manusia selalu memiliki keinginan untuk dapat terbang bebas di udara. Hasrat untuk terbang itulah yang mendorong berbagai macam penemuan teknologi kedirgantaraan. Mulai dari teknologi yang paling sederhana seperti kerangka sayap yang dipasang di punggung sampai balon udara. Hingga akhirnya di abad 20, umat manusia diperkenalkan dengan teknologi pesawat yang ditemukan pertama kali oleh Wright bersaudara. Semenjak penemuan yang fenomenal dan bersejarah itu, teknologi pesawat berkembang secara eksponensial. ak butuh waktu lama untuk mengembangkan teknologi pesawat yang semakin canggih. Lantas, daya jelajah manusia juga semakin jauh dan luas. Namun demikian, manusia dengan segala hasrat dan imajinasinya belum puas dengan teknologi yang ada. Mereka tetap ingin terbang bebas di angkasa dengan tubuh mereka tanpa kendaraan udara apapun.
14 Oktober 2012, sebuah misi gila skydiving dari ketinggian 38,6 KM diatas permukaan laut berhasil dilaksanakan di gurun Roswell, New Mexico, Amerika Serikat. Proyek ini dinamakan Red Bull Stratos, karena penerjunan dilakukan di lapis Stratosfer dari lapisan ozon bumi. Pria yang menerima tantangan ini adalah Falix Baumgartner. Ia adalah seorang mantan pilot helikopter yang sempat bergabung dengan pasukan penerjun payung Austria.
Penerjunan ini mencetak 3 rekor dunia sekaligus