Kedai Kebebasan : Merawat Kebebasan Berpikir
Sabtu, 15 Juni 2013
Minggu, 26 Mei 2013
Revolusi
Revolusi tidak datang esok pagi kawan...
Kalian harus datang menjemputnya, menjemputnya...
Sebelum roti panggang habis kau makan pada saat sarapan
Sebelum kopi hitam kau seruput habis dan meninggalkan ampas
Karena jika terlambat, ia akan mengetuk pintu rumahmu dengan wajah beringas mengoyak-ngoyak baju dan keperawanan
Menumpahkan darah
Menghunus pedang
Meletupkan senapan
Karena revolusi tak semanis wajah seorang ibu yang menyusui anaknya
-Juli, 2012-
Kalian harus datang menjemputnya, menjemputnya...
Sebelum roti panggang habis kau makan pada saat sarapan
Sebelum kopi hitam kau seruput habis dan meninggalkan ampas
Karena jika terlambat, ia akan mengetuk pintu rumahmu dengan wajah beringas mengoyak-ngoyak baju dan keperawanan
Menumpahkan darah
Menghunus pedang
Meletupkan senapan
Karena revolusi tak semanis wajah seorang ibu yang menyusui anaknya
-Juli, 2012-
Sabtu, 25 Mei 2013
Kata & Sajak
Dengan sajak, kata-kata mengalir.
Terus begulir seperti butiran salju di musim dingin yang beku.
Namun dengan perasaan yang hangat seperti suasana musim panas di antara kebun anggur.
Dan ide-ide segar seperti bersemainya bunga di musim semi.
-Juni, 2012-
Terus begulir seperti butiran salju di musim dingin yang beku.
Namun dengan perasaan yang hangat seperti suasana musim panas di antara kebun anggur.
Dan ide-ide segar seperti bersemainya bunga di musim semi.
-Juni, 2012-
Jumat, 24 Mei 2013
Hotel Prodeo
Darimana seorang anak manusia lahir ? Dari rahim ibunya.
Lalu seorang pelacur melahirkan anaknya dari seorang bandar narkoba, penjudi, sekaligus pemabuk yang membungkam hukum dengan tuhannya : uang.
Konon penjara adalah tempat pemberhentian terakhir bagi karir para penjahat.
Lalu mereka taubat kmbali pada jalan yg benar.
Tapi lidah tak bertulang, janji tinggallah janji, hukum adalah ilusi bagi mereka yang berimajinasi.
Tentang kehidupan yang sejahtera.
Negeri khayalan yang tak pernah ada.
Lalu bila uang yg berbicara, moral diruntuhkan dengan cara yang hina.
-Januari, 2011-
Lalu seorang pelacur melahirkan anaknya dari seorang bandar narkoba, penjudi, sekaligus pemabuk yang membungkam hukum dengan tuhannya : uang.
Konon penjara adalah tempat pemberhentian terakhir bagi karir para penjahat.
Lalu mereka taubat kmbali pada jalan yg benar.
Tapi lidah tak bertulang, janji tinggallah janji, hukum adalah ilusi bagi mereka yang berimajinasi.
Tentang kehidupan yang sejahtera.
Negeri khayalan yang tak pernah ada.
Lalu bila uang yg berbicara, moral diruntuhkan dengan cara yang hina.
-Januari, 2011-
Rabu, 22 Mei 2013
Asap Yang Mengendap
Diam-diam kau mengendap pada lorong tubuh yang gelap.
Menebar racun yang terus tertimbun.
Membuat paru sehitam asap knalpot yang butut.
Merusak suara menjadi batuk yang parau.
-Juni, 2012-
Menebar racun yang terus tertimbun.
Membuat paru sehitam asap knalpot yang butut.
Merusak suara menjadi batuk yang parau.
-Juni, 2012-
Senin, 20 Mei 2013
Mata Yang Nakal
Mata ini nakal, selau mendaratkan pandangan pada bagian yang binal.
Terus menelusur perlahan, memanjakan perasaan yang liar.
Selalu begitu, mata yang terpleset licin pada lekukan-lekukan tubuh.
Seperti sepatu roda yang tak mampu dikendalikan di atas tanah curam yang basah.
-Juni, 2012-
Terus menelusur perlahan, memanjakan perasaan yang liar.
Selalu begitu, mata yang terpleset licin pada lekukan-lekukan tubuh.
Seperti sepatu roda yang tak mampu dikendalikan di atas tanah curam yang basah.
-Juni, 2012-
Sabtu, 18 Mei 2013
Pesan Singkat & Asap
Pesan-pesan singkat itu terselip diantara daun-daun ganja.
Terbawa oleh hembusan angin yang menyangkut di ranting pohon yang rubuh pada hujan yang lebat.
Menampar-nampar rumah kayuku di subuh yang basah.
Lalu asap-asap ganja mengepul di langit-langit dan jendela.
Meratap bisu, menimang sepi, meremas dingin.
Meneriakkan kata Anjing !
Terbawa oleh hembusan angin yang menyangkut di ranting pohon yang rubuh pada hujan yang lebat.
Menampar-nampar rumah kayuku di subuh yang basah.
Lalu asap-asap ganja mengepul di langit-langit dan jendela.
Meratap bisu, menimang sepi, meremas dingin.
Meneriakkan kata Anjing !
-Juni, 2012-
Rabu, 15 Mei 2013
Menafsir Akhir Sejarah
Di antara ruang-ruang kosong kesunyian...
Dengan kepungan kata-kata yang memenjara makna dalam salinan kertas.
Aku sedih mendengar umpatan mu, yang mengalir basah melalui lidah yang bergoyang lemah.
Mencari celah kepada hati yang lelah.
Biar kita hidup seribu tahun lagi, singa tetap mengaum, manusia tetap berkilah.
Malam ini adalah malam-malam yang panjang.
Sepanjang jarak yang tak bisa diukur antara masa lalu ketika Fukuyama menafsir soviet yang bubar.
Akhir sejarah tak akan pernah tuntas untuk dirajut pada rantai kata-kata.
-Mei, 2012-
Dengan kepungan kata-kata yang memenjara makna dalam salinan kertas.
Aku sedih mendengar umpatan mu, yang mengalir basah melalui lidah yang bergoyang lemah.
Mencari celah kepada hati yang lelah.
Biar kita hidup seribu tahun lagi, singa tetap mengaum, manusia tetap berkilah.
Malam ini adalah malam-malam yang panjang.
Sepanjang jarak yang tak bisa diukur antara masa lalu ketika Fukuyama menafsir soviet yang bubar.
Akhir sejarah tak akan pernah tuntas untuk dirajut pada rantai kata-kata.
-Mei, 2012-
Minggu, 12 Mei 2013
Asap Bersama Manusia Tanpa Kepala
Hisap.. Hisap...
Keluar asap...
Asap mengepul bagai corong pabrik yang congkak berdiri tegak.
Asap berputar mengelilingi ruangan.
Hanya ada asap dan manusia tanpa kepala.
Kepala terasa ringan.
Melayang tanpa beban.
Halo.. Ada siapa di dalam kepala ?
Kenapa dunia terasa aneh.
Halo ? Halo ?
-Juni, 2012-
Keluar asap...
Asap mengepul bagai corong pabrik yang congkak berdiri tegak.
Asap berputar mengelilingi ruangan.
Hanya ada asap dan manusia tanpa kepala.
Kepala terasa ringan.
Melayang tanpa beban.
Halo.. Ada siapa di dalam kepala ?
Kenapa dunia terasa aneh.
Halo ? Halo ?
-Juni, 2012-
Jumat, 10 Mei 2013
Sampai Kapan Menjadi Manusia Tanpa Kepala
Kemana semua ini ? Semua terbengkalai bak guci yang terjatuh ke lantai.
Lalu kaca-kaca melukai kaki kotor menginjak tanah yang basah.
Darah menetes bersama rasa perih.
Ooo.. Durjana kenapa negeriku bermuram durja dalam kekalutan yang tiada berpangkal harapan.
Sampai kapan kita menjadi manusia tanpa kepala ?
-Juni, 2012-
Lalu kaca-kaca melukai kaki kotor menginjak tanah yang basah.
Darah menetes bersama rasa perih.
Ooo.. Durjana kenapa negeriku bermuram durja dalam kekalutan yang tiada berpangkal harapan.
Sampai kapan kita menjadi manusia tanpa kepala ?
-Juni, 2012-
Langganan:
Postingan (Atom)