Kau adalah bau
kematian yang mengendap
Terendus oleh
burung gagak yang menerkam
Kau adalah
bangkai ayam yang membusuk dilalap cacing
Kau menjadi
sekumpulan kesedihan yang berpendar
Luka yang tak
mengering
Kebencian telah
menyergapmu bersama ketakutan
Mengepung akal
pikiran yang tumpul
Menaburi bunga
duka pada hati yang longsor
Kau menjadi
pengecut kehidupan
Yang lari
bersama ketakutan akan sekumpulan manusia yang seakan memangsa
Perasaan tak
enak di dada membuatmu menghindar dari interaksi
Pikiran –
pikiran yang menipu
Puisi – puisi mu
hanya menjadi koran yang dijadikan bungkus kacang tanah
Kemudian dibakar
dan menjadi abu
Kau selesaikan
saja urusanmu sendiri
Jangan libatkan
orang lain
Kau memang
membosankan, membingungkan, tak memberi kejelasan atau penghiburan
Berdiri saja
bersama kakimu sendiri
Jangan libatkan
orang lain
Kau yang harus
hadapi semua ini seorang diri
Jangan tenggelam
dalam kegembiraan
Jangan pula
terseret arus kesedihan
Kau terbuang
dari keintiman relasi
Kau memang
kesalahan total
Orang – orang bosan
mendengar ocehanmu
Muak melihat
wajahmu
Benci mendengar
tawamu
Kau terlalu
percaya diri
Pada pujian –
pujian
Melayang pada
khayalan – khayalan
Kau caci terus
dirimu sampai tinta habis
Sampai kata
cacian pun tak bisa lagi mendefinisikan dirimu
Matamu berlinang oleh genangan air mata yang tak mau jatuh menetes
Coba kau
pertahankan emosi ini terus menerus
Karena inilah
realitasmu
Genangan
kesedihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar