Sudah lama kita menggunakan kuantifikasi angka dalam menentukan kebenaran.
Kebenaran mungkin tenggelam dalam angka yang menang dalam pemungutan suara.
Demokrasi tidak mendengar teriakan serak kebenaran hakiki yang tergencet oleh sesaknya kebebasan bersuara.
Demokrasi tidak memberikan garansi kesejahteraan & rasa aman bagi masyarakat.
Demokrasi hanya menyediakan ruang untuk bersuara & memberikan pilihan di bilik pemilu.
Prosedur yang acap berulang dalam jangka waktu peralihan kepemimpinan publik.
Tapi esensi & tujuan kehidupan bersama lenyap dalam rutinitas yang melelahkan.
Kebebasan menentukan pilihan bisa diborong oleh oligarki & penyokong dana.
Lantas demokrasi hanya tipu daya bagi kaum lemah, agar perlawanan dapat diredam.
Seraya berikrar bahwa negara telah berada di jalan yang benar.
Yaitu menerapkan sistem demokrasi.
Sistem yang konon katanya memberikan kesetaran semua warga dalam berpendapat & mengatur jalannya negara.
Namun rasanya jalan menuju keadilan & kesejahteraan bagi seluruh warga masih terjal & gelap.
Dimana demokrasi yang seharusnya menjadi tongkat penuntun menyusuri jalan yang terjal itu.
Dimana demokrasi yang seharusnya menjadi obor yang menerangi jalan yang gelap itu.
Apakah kita masih mau terus memberikan suara untuk para penguasa yang akhirnya lupa kepada kita.
Penguasa itu kita beri tangga.
Pundak - pundak warga disediakan untuk mereka menuju puncak kekuasaan.
Masihkah kita bermain angka.
Masihkah kita mau membenam kebenaran yang hakiki dengan mantra yang terus berulang : mayoritas.
30 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar