Jostein Gaarder, penulis buku novel filsafat Dunia Sophie |
Jostein Gaarder adalah seorang penulis asal Norwegia.Salah satu novelnya yang paling fenomenal adalah Dunia Sophie. Sebuah novel filsafat. Ia mulai menulis sejak pikirnnya timbul banyak pertanyaan mengenai dunia."Orang dewasa selalu berkata bahwa tak ada yang aneh dari keberadaan manusia di dunia. Sejak saat itu saya bertekad tak akan pernah menjadi orang dewasa, karena saya ingin selalu terpukau dengan dunia," kata dia. "Saya memang kagum dengan anak-anak. Anak-anak selalu bertanya. Mereka adalah filsuf tanpa harus membaca aneka buku. Anak-anak punya kemampuan untuk selalu terpukau dengan dunia."
Novel Dunia Sophie |
Dunia Sophie (Sofies Verden, 1991) adalah novel tersuksesnya yang sudah diterjemahkan ke dalam 60 bahasa dan terjual lebih dari 30 juta eksemplar. Novel ini diadaptasi menjadi film, serial televisi, bahkan game komputer.
Jostein Gardner selalu menjadi bayi. Karena ia selalu bertanya terhadap segala hal. Berimajinasi & berfantasi. Mengelilingi dunia tanpa beranjak dari ranjang. Semestinya kita memelihara sifat kekanak – kanakan kita. Selalu bertanya, heran, ingin tahu dan mencoba terus. Namun seiring waktu sifat itu tergerus oleh sikap orang dewasa yang mengurung imajinasi, mengedepankan rasionalitas kaku. Padahal seharusnya biarkan imajinasi itu liar, berlari-lari mengelilingi dunia, berlayar di setiap samudera, menjejak semua tanah benua, terbang tinggi sampai terbakar matahari seperti Icarus. Penemuan – penemuan besar berawal dari keberanian berimajinasi. Melawan asumsi kebanyakan orang.
Setiap manusia pernah melalui fase umur ketika mereka masih menjadi seorang bayi yang polos. Kemudian kita tumbuh dewasa dan mengalami banyak perubahan sikap dan jiwa karena pengaruh lingkungan. Tidak saja keberanian berimajinasi yang dibunuh oleh sikap dewasa, tetapi juga tekad untuk terus mencoba dan tidak takut gagal. Semua bayi belajar untuk berjalan. Walaupun mereka jatuh, tetapi selalu bangkit kembali. Bayangkan, jika seorang bayi tidak memiliki mental seperti itu, maka banyak orang tidak memiliki kemampuan berjalan di dunia ini. Tetapi mengapa mental pejuang yang ada dalam diri kita ketika masih bayi hilang seiring beranjak dewasa. Yaitu sikap penasaran, selalu ingin bertanya, mencoba, pantang menyerah dan berimajinasi.
Albert Einstein pernah mengatakan bahwa imajinasi jauh lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan terbatas hanya pada hal – hal yang dapat dilihat, diraba, didengar dan dibuktikan. Sedangkan imajinasi tidak memiliki batasan ruang dan waktu. Segalanya dapat disediakan. Bahkan dalam dunia imajinasi, kita dapatmenjadi apapun, siapapun dan melakukan eksperimen yang tak mungkin.
Berikut, ada dua kisah sukses hanya dengan mengandalkan imajinasi. Pertama adalah kisah seorang tentara Amerika Serikat, Mayor James Nesmeth yang bertugas di Vietnam, ketika perang Vietnam tahun 1960an berkecamuk. Singkat cerita, ia ditangkap oleh tentara Vietnam dan dijebloskan ke dalam penjara. Lantas, hidupnya nelangsa. Karena dilanda kesepian, kebosanan, hidup dalam ruang yang sempit dan gelap. Ia hampir di ambang kegilaan. Namun, tak habis ide, Nesmeth melakukan hobinya yang biasa ia lakukan selama di AS, tetapi di dunia imajinasi. Yaitu hobi bermain golf. Ia imajinasikan kondisi lapangan, stick golf, bola, dll, secara detil dan seksama. Ia melakukan 18 hole, rata-rata empat jam setiap hari selama tujuh tahun. Sampai akhirnya ia dibebaskan dari penjara. Setelah tiba di Amerika, ia bermain golf di dunia nyata bersama teman - temannya. Cukup mengejutkan, ia mampu mengurangi 20 pukulan dari permainanya dahulu. Teman - temannya pun keheranan dan bertanya dimana ia berlatih. Nesmeth hanya menjawab bahwa ia berlatih di dalam imajinasinya.
Kisah kedua juga datang dari Amerika Serikat, yaitu seorang gadis yang bermimpi untuk menjadi Miss America, Tara Holland. Tahun 1994, ia mengikuti ajang Miss Florida, tapi ia hanya dapat meraih gelar runner up. Tahun selanjutnya ia mengikuti ajng yang sama, tetapi tidak dapat meraih gelar yang lebih tinggi.Sampai akhirnya tahun 1997, ia pindah negara bagian, ke Kansas. Ia mengikuti ajang Miss Kansas dan memenanginya, menjadi juara pertama. Di tahun yang sama pun ia meraih gelar Miss America. Saat diwawancarai, ia menceritakan mengenai perjuangannya selama bertahun - tahun untuk bangkit dan berlatih. Selama itu, ia membeli video - video Miss Universe, Miss America dan sebagainya. Video tersebut ia tonton berkali - kali. Setiap kali menonton, ia membayangkan bahwa yang ada di dalam video tersebut adalah dirinya. Bahkan ketika seseorang menanyakan kepada Tara, apakah ia canggung berjalan di atas panggung. Ia hanya menjawab "Tidak sama sekali. Anda mesti tahu saya sudahribuan kali berjalan di atas panggung itu". Seorang reporter menyela dan bertanya bagaimana mungkin dia sudah berjalan ribuan kali di panggung, sementara dia baru pertama kalinyamengikuti kontes. Tara menjawab, "Saya sudah berjalan ribuan kali dipanggung itu… dalam pikiran saya."
Dari dua kisah nyata diatas, kita dapat memetik pelajaran berharga. Bahwa imajinasi bukan sekedar kegiatan hampa yang tak berguna dalam kehidupan. Dengan imajinasi yang kuat dan serius, kita dapat menarik energi kesuksesan. Berawal dari imajinasi, kita dapat mewujudkan hal yang tak mungkin. Imajinasi menjadi semacam laboratorium serba ada yang dapat kita manfaatkan untuk hal - hal yang tak mungkin dapat kita lakukan di dunia nyata.
Pepatah Latin mengatakan, Fortis imaginatio generat casum, artinya imajinasi yang jelas menghasilkan kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar