Berkaitan dengan hajatan pilkada DKI Jakarta 2012 ini yang menorehkan hasil putaran pertama yang cukup mencengangkan dengan kemenangan Jokowi, mengingatkan kita akan sosok seorang pemimpin yang memiliki keberanian & konsistensi seperti Bang Ali Sadikin.
Di masa kepemimpinannya ia sempat melontarkan usulan untuk membakar jasad orang sudah meninggal karena Jakarta kekurangan lahan. Baginya, lebih baik kita memikirkan kebutuhan lahan untuk orang yang masih hidup daripada untuk orang yang sudah meninggal. Ketika disindir para agamawan mengenai idenya yang sangat nyeleneh itu, Bang Ali menampik bahwa idenya hanyalah sebuah pemantik agar seluruh unsur masyarakat di Jakarta memikirkan permasalahan lahan Jakarta yang semakin sempit dan bisa menjadi bom waktu di masa mendatang. Bang Ali benar, ramlannya puluhan tahun lalu itu terbukti. Saat ini kita merasakan permasalahan lahan yang cukup pelik. Tidak hanya karena kepadatan penduduk yang tidak terkendali, tetapi juga karena pembangunan gedung dan juga pemberdayaan kota satelit yang kurang maksimal. Hal ini juga berdampak pada kebutuhan lahan untuk pemakaman.
Tangal 20 Mei 2008, Bang Ali pergi untuk selamanya. Kosistensi sikap terus ia pertahankan sampai ajalnya tiba. Ia berwasiat agar jasadnya dimakamkan secara tumpang tindih dengan makam ibunya. Sebuah pelajaran tentang satunya kata dan perbuatan. Sebuah gagasan kontroversial yang keluar dari lidahnya, tidak kering memuai begitu saja, tetapi ia benar - benar memberikan contoh bagi kita semua.
Selama kepemimpinannya pun Bang Ali menuai beragam kontroversi atas kebijakannya, seperti melakukan legalisasi perjudian yang memberikan pemasukan kepada pemda sebesar 15 trilliun rupiah setiap tahunnya dan membangun lokalisasi prostitusi di Kramat Tunggak. Di era Bang Ali pula pembangunan DKI Jakarta berkembang pesat, seperti pembangunan Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, mengadakan Pekan Raya Jakarta, pemilihan Abang None dan masih banyak lagi.
Warga Jakarta rindu figur Bang Ali Sadikin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar