Jumat, 16 Desember 2011

U.S. Army Quit From Iraq

15 Desember 2011, pasukan Amerika Serikat resmi meninggalkan Irak, 10 hari sebelum perayaan natal. Pertempuran selama delapan tahun telah usai. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan untuk hasil yang tak seberapa. Alasan utama Amerika Serikat dalam menginvasi Irak karena disinyalir adanya senjata pemusnah massal, tidak berhasil dibuktikan sama sekali. Satu - satunya kesuksesan yang diraih hanyalah menumbangkan rezim Saddam Hussein. Kemudian Irak merayaakan pesta rakyat, demokrasi. Kebebasan telah tiba di negeri 1001 malam. Namun, konflik etnis dan agama tak kunjung reda sampai saat ini. Bom meledak dimana - mana secara acak tanpa bisa diprediksi, Irak masih berdarah - darah. Amerika Serikat meninggalkan luka dan duka.

Flashback, 20 Maret 2003 pukul 05.35 waktu setempat, masih segar di ingatan masyarakat internasional bagaimana Baghdad diserang dengan 40 rudal tomahawk. Gedung - gedung pemerintahan diledakkan, setelah batas ultimatum selama 48 jam, agar Saddam Hussein mengundurkan diri dari jabatannya, berakhir. Suara sirene berbunyi dari udara diikuti kilatan cahaya dan suara yang menggelegar, membangunkan warga Irak yang tertidur lelap. Serangan berlangsung selama 95 menit. Di kawasan teluk, 300.000 pasukan AS & Inggris sudah siap tempur dan sedang menunggu komando untuk melakukan serangan darat. Dua bulan kemudian, 1 Mei 2003, di sebuah kapal induk di lepas pantai California, Presiden Bush mengumumkan kemenangan dalam menginvasi Irak : "misi tercapai".
9 April 2003 pukul 17.30 waktu setempat, patung Saddam Husein setinggi 15 meter dirobohkan. Tentara AS tersenyum puas, sebagian warga Irak bersorak gembira dan menginjak bangkai patung. Simbol berakhirnya kekuasaan Saddam Hussein dengan cara yang cukup memalukan.
13 Desember 2003, Saddam Hussein tertangkap di sebuah bunker persembunyian di kampung halamannya, Tikrit. Kemudian ia diadili untuk mempertanggungjawabkan kekuasaannya sebagai seorang diktator selama 24 tahun. Hasilnya, hakim memvonis hukuman mati. Mungkin, pihak yang paling senang dan diuntungkan dengan kematian Saddam adalah Israel. Karena selama pemerintahan Saddam, Irak menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan timur tengah. Saddam Hussein pernah mengancam akan menyerang Israel dengan senjata kimia. Bagi Israel, Saddam Hussein adalah reinkarnasi dari raja Nebukednazer, pemimpin kerajaan Babilonia (berlokasi di negara Irak modern) yang memperbudak bangsa Yahudi ribuan tahun yang lalu. Saddam Hussein juga sempat mengobarkan beberapa perang di kawasan, seperti perang Iran-Irak yang terjadi pada tahun 1980-1988 dan invasi ke Kuwait pada tahun 1990. Tentunya hal tersebut menjadi momok yang menakutkan bagi barat. Karena Irak dikhawatirkan bisa mendominasi kawasan dan memonopoli ladang minyak. 
Mei, 2006, pemerintahan baru Irak terbentuk, dengan Nouri Al-Maliki sebagai perdana mentri. Demokrasi berhasil dijalankan di Irak, walaupun memakan korban yang tak sedikit. Sampai tahun 2011, 4.483 tentara AS gugur di medan perang, serta 100.000 lebih warga sipil tewas. Belum termasuk pasukan koalisi dari negara - negara sekutu AS. Demokrasi hanya menjadi fatamorgana. Kebebasan semu yang berdiri diatas tumpukan bangkai, genangan darah dan dusta yang tak akan pernah dilupakan sejarah.
1 September 2010, Presiden Barrack Obama mengumumkan perang di Irak resmi berakhir. Ditandai dengan serah terima jabatan komandan serta merubah nama operasi menjadi Operasi Fajar Baru (Operation New Dawn), setelah sebelumnya bernama Operasi Pembebasan Irak (Iraqi Freedom). Jumlah pasukan AS menjadi 49.700 personel di Irak, relatif lebih sedikit dibandingkan puncaknya tahun 2007, yaitu 170.000 personel. Tugas pasukan AS tinggal memberikan nasihat dan bantuan pelatihan bagi angkatan bersenjata Irak, agar lebih mandiri, sebelum pasukan AS ditarik secara keseluruhan pada tahun 2011.


Steve Baskis, pemuda 24 tahun, yang kehilangan penglihatan saat bertugas sebagai tentara AS di Irak. Ia sedang mendengarkan pidato Barrack Obama yang mengumkan berakhirnya operasi perang di Irak, melalui televisi di rumahnya, Illinois, AS.
Bagaimanapun juga, pasukan AS adalah manusia biasa yang memiliki perasaan, mereka bisa menangis. Serta memiliki naluri untuk saling mengasihi. Mereka hanya menjadi pion bagi kekuatan besar yang berkepentingan di Irak.
Mereka kehilangan sahabat, rekan seperjuangan. Kematian adalah makanan sehari - hari. Nyawa menjadi begitu murah. Karena pasukan hanya menjadi angka statistik di medan perang. Bukan lagi manusia, tetapi pion -pion.
 






 












Jutaan protes sudah dialamatkan dengan berbagai cara dan bermacam bahasa, agar perang dihentikan. Ada kecemasan, bahwa Irak bisa menjadi Vietnam kedua bagi AS. Warga AS mempertanyakan untuk apa putra bangsa itu dikirim ke medan perang yang tidak seharusnya mereka berada disana.
 
Tak mau ketinggalan, perang Irak juga menjadi lumbung bisnis industri hiburan bagi Hollywood untuk membuat film perang. 
Suasana yang sangat humanis dan penuh kasih sayang mewarnai pertemuan tentara AS dengan keluarga mereka. Rindu yang tak terbayarkan dan rasa cemas yang terpendam selama bertahun - tahun meluap.
Amerika Serikat sudah meninggalkan Irak. Namun, jejak mereka masih membekas dalam bentuk kebudayaan. Budaya pop semakin digemari pemuda Irak. Hal tersebut menjadi semacam westernisasi. Penjajahan melalui aspek sosial-budaya. Budaya asli arab semakin tergerus. 
Pemuda Irak sedang melakukan dansa hip hop ala barat
Apakah paman sam masih akan terus mengobarkan perang di timur tengah ? Kita berharap Irak & Afghanistan menjadi yang terakhir. Cukup sudah tragedi kemanusiaan ini.
  
Kita menginginkan pemimpin dunia yang saling bergandengan tangan di dalam kasih. Memahami di dalam perbedaan, berdialog, duduk bersama, demi keberlangsuangan hidup umat manusia dan planet bumi.
















Karena pada akhirnya perang hanya menyisakan kepedihan, debu dan duka.

1 komentar:

  1. Tentara Amerika yang keluar dari Irak akan dialihkan ke Australia untuk menjajah Indonesia.

    BalasHapus