Minggu, 15 Mei 2011

Melihat Dunia Baru Tanpa Kekerasan


Begitu banyak kekerasan yang kita saksikan. Seakan bumi sudah tidak aman lagi untuk kita tinggali.  Tahun 2010 adalah  dekade pertama di abad 21, atau bahkan jika kita mau melihat jauh lebih luas, tahun ini merupakan dekade pertama di millennium ke 3. Entah sampai kapan bumi akan bertahan bersama manusia. Apakah kita masih bertemu tahun 3000? Sebelum pada akhirnya kita menemukan planet  lain yang layak untuk kita huni. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan membawa arus informasi yang berdampak pada perubahan yang radikal di setiap sendi kehidupan umat manusia. Secara tidak sadar kita telah terkondisikan pada system yang ada menuju zaman yang baru. Era baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya. 

Saya tidak setuju dengan pandapat Anda, tetapi saya memperjuangkan hak Anda untuk berpendapat dan berpikir. Sebuah pernyataan dari seorang filsuf Eropa tersebut seharusnya membuka paradigma kita dalam menghadapi perbedaan yang memicu konflik. 

Jika kita melihat pendapat yang berbeda dan bahkan bersebrangan dengan kita, jangan lihat bahwa tersebut pendapat salah, tetapi anggaplah bahwa orang tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda dengan kita dalam melihat suatu masalah. Karena manusia tidak ada yang sempurna, dan nilai 10 hanya untuk Tuhan. Tidak akan pernah ada kebenaran absolut bagi seorang manusia, segalanya relatif. Dengan demikian kita bias memahami dan menerima perbedaan sebagai bagian dari kehidupan kita yang mewarnai kebersamaan. Bukan sebagai musuh yang harus diberangus.

Apapun alasannya, kekerasan bukanlah solusi dalam penyelesaian masalah. Mahatma Ghandi berkata, mata dibalas mata hanya membuat dunia menjadi buta. Dan sebuah kebijaksanaan China kuno berpendapat, lebih baik menyalakan  1 lilin kecil daripada mengutuk kegelapan.

Setiap manusia lahir dengan hak yang sama. Hak untuk mendapatkan kemerdekaanya, untuk memilih agama dan hak hidup tenang. Pembunuhan adalah pelanggaran yang paling berat atas hak dasar manusia. Karena menghilangkan nyawa manusia secara paksa, sama saja meniadakan rencana Tuhan dan melangkahi takdirnya. Artinya kita telah melanggar kedaulatan absolut Tuhan sebagai Sang Penyelenggara kehidupan. 

Namun kebebasan adalah berkat karunia dari Yang Maha Kuasa sebagai jalan pencerahan untuk membangun kehidupan yang harmonis, seimbang dan bermoral di alam semesta. Bukan sebagai alat untuk melegitimasi pelecehan atau tindakan yang kebablasan dan memprovokasi manusia untuk memilih kekerasan.

Akan selalu ada nilai – nilai moral & etika yang menjadi landasan berpikir & bertindak secara baik dan benar, dan nilai – nilai ini bersifat universal sehingga pada akhirnya menciptakan persaudaraan universal umat manusia. Nilai – nilai moral seperti Cinta Kasih, keadilan, kejujuran, toleransi, kepedulian, dan sebagainya, lahir dari ketulusan sebuah pemikiran yang tidak sama sekali ditunggangi kepentingan. Dan  nilai – nilai tersebut buta akan ras, agama, bangsa dan negara.  Sehingga dapat menembus sekat – sekat perbedaan. Membawa sebuah tata dunia baru. Penyatuan dunia. 

Siapapun manusia di dunia ini, memiliki impian yang sama akan sebuah dunia tanpa kekerasan, kebencian, primordialisme, rasisme, stereotip, dan penuh Cinta Kasih.

Seorang penjahat, kriminil atau teroris tidak akan pernah mendapatkan kesadaran penuh untuk mengakui kesalahannya apalagi merubahnya, jika kita membalas mereka dengan kekerasan. Karena kekerasan tidak dapat diterjemahkan oleh hati nurani & akal sehat manusia. Hati nurani manusia hanya mengenal satu bahasa persatuan yang bersuber paa Yang Maha Pencipta, itulah bahasa Cinta Kasih.

Rasa Cinta Kasih dan kesadaran yang akan meyatukan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Merintis jalan kebenaran membawa perubahan. Berdiri tegak melawan arah. Sampai pada akhirnya kita menyambut sebuah dunia baru. 

-Taufik Daulay-
28 Februari 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar